Lingkaran Percintaan
Terhitung 28 Maret 2016 saya ditugaskan disebuah kota kecil. Hari itu tepat hari ulang tahun saya yang ke-21. Saya meradang, karena setiap menikmati ulang tahun selalu sedang berada di kota orang. Pengen nangis, tapi malu hahaha
Beruntung ada seseorang yang selalu menemani kesepian saya. Sebut saja Amoy.
Dia juga seorang pejuang jarak, pergi jauh ke kota demi menjadi tulang punggung keluarga.
Sejak hari itu, kami selalu intens bertatap muka melalui fitur videocall yang disediakan oleh sebuah aplikasi.
Kesepian yang merajam, jauh dari orang-orang tersayang, akhirnya saya menemukan kenyamanan. Setelah 8 tahun saling kenal dan melewati hari bersama, bolehkah saya bilang kalo saya benar-benar jatuh cinta sama dia? Wkwk tai banget ya ngomongin cinta.
Tapi saya berusaha mengabaikan perasaan kurang ajar yang menyusup hati saya.
Bahkan dengan kurang ajarnya saya malah pacaran dengan Lawai, seorang pria peranakan Cina-Dayak yang boleh dibilang ganteng, soalnya kalo jelek saya juga nggak mau 😂
Saya mengabaikan perasaannya, karena saya pikir dia tidak merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan.
Hingga akhirnya saya kembali lagi ke Jogja, diapun begitu. Kami bertemu, dan saya bilang mengenai kenyamanan hati yang saya rasakan, tetapi sulit melawan benteng perbedaan yang membentang.
Rasanya semacam nyiletin hati pake silet tumpul, sakit broh.
Setelah itu, hubungan saya dengan Lawai tidak bisa diselamatkan lagi. Tetapi hubungan saya dengan Amoy tetap berjalan, seperti kakak beradik yang terjerat cinta buta.
Kemudian saya bertemu dengan Benry, seorang pria peranakan Cina-Batak yang seolah-olah menawarkan bahagia dengan kata "seiman". Selain itu, Benry gantengnya pol-polan. Saya mana tahan wkwk Namun semuanya tidak bertahan lama. Alasannya? Yaaa karena Benry tidak seperti Amoy. Kami sama-sama keras kepala.
Tidak lama setelah itu, saya dipertemukan kembali dengan sesosok pria buncit. Namanya Yoel. Peranakan Jawa-Batak yang ngomong Jawanya lancar banget. Dia seiman, walaupun kalau dibandingkan dengan Amoy dari segi tampang jelas Amoy menang jauh hahaha tapi si Yoel ini pria super romantis, mengingat Amoy nggak ada sisi romantisnya sedikitpun 😂 tapi sekarang saya sadar kalau setiap pria punya sisi romantisnya masing-masing. Lagi-lagi harus berakhir dalam waktu yang cukup singkat, karena ternyata oh ternyataaa dia punya pacaaaar! Anjeeeenglina Jolieeee! Saya dijadiin selingkuhan, saya merasa nista! Saya mendi kembang! Saya doain dia yang jelek-jelek wkwk
Sebulan setelah kisah singkat nan lakhnat dengan Yoel berakhir, saya bertemu dengan Victor di sebuah aplikasi chat. Kemudian kami sepakat untuk kopi darat di sebuah tempat doa. Ketemu pertama kali yang ditanyakan "Kamu apal urutan Jalan Salib nggak?". Saya langsung mangap megap-megap karena merasa syoook. Modaaar ajaa, dulu kalau Jalan Salib kabur-kaburan bolos wkwk karma deh dapat mantan frater.
Di pertemuan pertama itu dia muji-muji saya seksi dan ngajakin saya pacaran wkwk gilaaa deh nggak habis pikir 😂
Victor ini tipe pria baik banget dan polos, anak rumahan, rajin sembayang (kayaknya). Semacam suamiable. Hahaha
Awalnya berprinsip jalanin aja dulu, kek abege baru netes, isi chatnya "Selamat pagi sayang *pakai emot penuh cinta*", terus pertanyaan seputar kamu lagi ngapain? Sudah mandi belum? Sudah makan belum? Bokernya pakai posisi apa? Warna bokernya apa? Bokernya berapa kilo? Semacam itulah. Sebenernya bosen jugasih tiap hari isi chat begitu wkwk tapi waktu itu mikirnya "Jalanin ajadeh, setiap orang kan punya cara dan karakter masing-masing". Selain itu dia adalah pria yang berhasil saya paksa untuk datang ke rumah usai acara kelulusan wisuda saya wakakaka cuma nyuruh datang ajasih soalnya Mama saya tukang ngledek "Habis wisuda kok nggak ada yang dateng ke rumah bawain kembang". Eh dia dateng bawain boneka beruang gede warna pink wkwk boleh ugha ni orang 😂
Hingga suatu hari saya menyadari, kenapa rasanya flat banget macem sepatu balet hubungan yang saya jalani ini. Uwoooouwoooo.
Saya mendadak jadi wanita super pengertian yang nggak pernah marah, nggak nyablak, nggak cerewet. Intinya, bukan saya. Bukan saya yang sedang jatuh cinta. Hahaha
Maaf kan saya. Saya selalu serius dengan apa yang saya jalani, saya selalu mencoba untuk mengijinkan seseorang masuk menyelinap di hati saya, berharap ada yang menggeser posisinya Amoy. Saya nggak pernah bermaksud mempermainkan perasaan seseorang. Toh, saya yang selalu dipermainkan.
Sejauh apapun saya mencari, selelah apapun saya berputar, sampai saat ini pemilik hati saya tetap si Amoy kampreeet. Kampret banget rasanya karena cuma dia yang bisa menjungkirbalikkan dunia saya.
Cuma Amoy yang bisa bikin saya merajuuuk bilang kangen.
Cuma Amoy yang bisa bikin saya jadi cerewet banget.
Cuma Amoy yang bisa bikin saya ketawa ngakak.
Cuma dihadapan Amoy bisa bertingkah malu-maluin tanpa jaim-jaim sama sekali.
Cuma Amoy yang bikin kesel
Komentar
Posting Komentar