Dear Mantan

Mau berbagi cerita sedikit, tapi kayanya jadi banyak deh. Ternyata ceritanya bisa beranakpinak.
Sore ini hujan deras sekali mengguyur para umat jomblo di seluruh dunia manusia yang sedang beraktivitas di luar ruangan. Puji Tuhan gue nggak diguyur hujan sore ini, bukan karena gue nggak jomblo, tapi karena gue lagi di dalam ruangan, di kamar gue. Gue bukannya nggak punya kegiatan, gue sengaja mengurung diri di kamar aja. Kenapa? Karena hujan-hujan begini rawan banget kepleset kenangan, kenangan sama mantan 😭😭😭
Ya, memang niat awal dari postingan ini mau membahasa perihal mantan sih. Muehehehehe.
Jadi, beberapa dasawarsa yang lalu, atas saran dari mantan calon kakak ipar gue yang gagal jadi kakak ipar, yaiyalaaaah! Belibet banget bahasanya ya?
Gue mencoba ngechat mantan gue.
Waktu itu gue lihat mantan gue nongol di RU, apdet God Bless. Entah untuk tujuan apa gue nggak ngerti. Gue nggak sempat mikirin apa tujuannya. Yang jelas waktu itu gue mikir keras mau ngechat gimana? Akhirnya setelah semedi dengan posisi koprol selama 18 windu, gue memutuskan untuk ngechat "Selamat Pagi 😊". Setelah gue hampir mencet send, waktu itu jarak jempol sama tombol send tinggal 13,5 milimeter, akhirnya gue urungkan. Norak banget rasanya. Kalau cuma ucapan "Selamat Pagi 😊" mah mbak-mbak Indomaretaprilmei juga bisa ngucapin. Akhirnya gue semedi lagi selama 12 windu, kali ini pakai posisi lilin. Akhirnya gue ngetik "Semangat (sensor)". Gue mencoba nyemangatin doi. Entah semangat dalam hal apa juga gue nggak sempat mikirin.
Sekarang gue lagi sempet mikir. Entah semangat buat ujian, semangat nyari pacar baru, semangat ngecilin bokong, semangat buat ngeden waktu bokernya keras, atau semangat untuk menumpahkan calon generasi penerus bangsa ini di closet atau di tissue juga gue nggak tau. Hentikan!
Pokoknya gue pikir nyemangatin ajalah. Entah semangat dari gue bikin dia kejang-kejang juga bodoo amat deh. Maapkeun yaaa.
Akhirnya dengan kecepatan cahaya gue mencet tombol send, sebelum gue berubah pikiran dan harus semedi selama beberapa windu dengan posisi 69, sendirian. Keburu gue menopause dan nggak bisa menghasilkan sel telur untuk berkembangbiak.
Setelah menunggu selama beberapa abad, jantung gue dagdigdugder alay.
Kemudian, 10 abad kemudian doi ngebales. Dengan kecepatan sonic, gue dengan biasa-biasa aja ngebuka balesannya. Dan lau tau apa balesannya? Doi ngebales "Makasih bangeeet ya sayang, udah nyemangatin aku". HAHAHAHA.
Dan balasan itu cuma sekedar imajinasi gue doang. Balasan yang sebenarnya adalah "Tks 😃".
Bayangin man! Hasil semedi gue selama beberapa windu dan dengan berbagai posisi cuma dibales (((TKS😃))) Bayangkan!!
Sutenan deh. Gimana nggak misuh-misuh coba. Nggak misuh juga sih sebenernya. Biasa aja, biar lebih klimaks aja. Heheheu.
Akhirnya gue laporan dong sama mantan calon ipar yang udah gue anggep kayak pacar sendiri. Gue screenshoot dan gue send.
Si Mas bilang "nggak papa Dek Dep, diterusin aja chatnya".
NGGAK PAPA KATANYA! NGGAK PAPA! 😭😭😭
Ya memang nggak papa sih. Toh gue cuma mantan, doi berhak ngebales apapun. Cuma di read aja doi berhak kok. Gue yang nggak berhak menuntut apapun.
Tapi kan setidaknya lebih menghargai.
Gue paham banget kalo doi nggak akan sempat mikir betapa galaunya gue waktu mencoba untuk ngechat duluan. Gue anak perempuan yang dibesarkan dengan penuh kegengsian di tengah-tengah keluarga gue. Gue dikelilingi sama abang-abang gue yang mengharamkan gue untuk memulai sesuatu duluan. Mereka menanamkan kalo gue adalah anak perempuan yang nggak pantes untuk memulai sesuatu lebih dahulu. Walaupun beberapa saat terakhir ini gue paham kalo cara abang gue salah.
Gue butuh waktu untuk membuang semua rasa gengsi gue yang tingginya ngalahin Mount Everest. Gue yang nggak pernah mengalah, untuk pertama kalinya mencoba mengalah. Tapi apa yang gue dapetin? Entahlah.
Gue bukannya pengen balikan, bukannya pengen mengulang yang udah berlalu.
Gue cuma mikir tentang kita yang sekarang. Kenapa kita seperti dua makhluk yang nggak saling kenal? Padahal kita pernah saling membahagiakan. Kita pernah duduk satu jok motor, kita pernah duduk satu kursi, kita pernah pangku-pangkuan, kita pernah saling bergandengan, kita pernah saling menghangatkan ketika dihantam derasnya hujan.
Sampai kapan kita begini? Kita sudah sama-sama dewasa. Haruskah kita tidak saling menyapa? Betapa perihnya kisah kita.
Gue sudah melupakan masalalu kita, gue sudah melupakan alasan kita berpisah, walaupun belum sepenuhnya lupa. Gue sudah belajar berbaik hati pada wanita itu.
Gue cuma mau kita berteman, tanpa ada sekat dengan status yang disebut mantan.
Kapanpun lo siap, dateng ke gue. Dan kita akan tetap berteman, selamanya.
Gue cuma pengen berteman dan memperbaiki keadaan, bukan pengen balikan.
Kalopun Tuhan punya rencana lain, gue nggak bakal nolak.
Terimakasih ya.

Komentar

Hits