Baik atau Jahat?
Sebagai manusia biasa saya juga punya kapasitas dalam hal bahagia. Untuk orang yang mengambil kebahagiaan kami, terkadang kalau saya sedang super baik hati, saya mendoakan beliau (bahkan saya menghormatinya dengan memanggil beliau, bukan kampret, anjing atau babi!) agar mendapat kebahagian dari Gusti Yesus, kebahagiaan yang berlipat-lipat kali dari kebahagiaan kami yang sederhana, supaya beliau tidak perlu repot-repot mengambil bahagia kami lagi.
Tetapi ketika sisi jahat saya muncul, saya mendoakan beliau mateeeek secepatnya, kelindes truk, kejatuhan crane, diketekin gorila, dijilatin buaya, dimakan anakonda, disiksa medusa, dibakar jadi mendoang di neraka, dibotakin, dan yang jelek-jelek lainnya!
Bahkan di balik hati terjahat saya pun, saya berniat merawat anak-anak beliau nanti. Kalau saja beliau benar-benar mati secepatnya. Mungkin detik ini juga kalau bisa.
Udah gitu aja. Ini saya Devinta, bukan Aurel! Sama halnya dengan Aurel, saya juga manusia biasa yang butuh pelampiasan. Bedanya Aurel anak pejabat dan artis, saya cuma anak petani biasa.
Demikian.
Saya menulis dengan kesadaran penuh, tetapi kewarasan cuma seperempat.
Terimakasih
Komentar
Posting Komentar