RUMAH TERAKHIR
RUMAH TERAKHIR
Langit
sore ini nampak tak bersahabat.Rintik-rintik hujan mulai membasahi tanah
gersang di bumi pertiwi.Bayangan masa lalu mulai menghantui.Rasa sakit yang
menyesakkan dan menyayat hati begitu dalam.Rasa ketika aku harus kehilangan,rasa
yang lebih menyakitkan dari penyakit yang kuidap,pikiran ku melayang pada
peristiwa dua setengah tahun silam,luka yang dalam kembali tergores di hati ku.Dan
kini luka itu kembali,ketika seseorang yang begitu kusayangi harus pergi dari
hidupku,bukan yang pertama kali aku merasa kehilangan,tapi bukan berarti juga
hati ku sudah kebal dengan rasa sakit.Aku hanyalah seorang manusia biasa yang
tetap bisa terluka.Dan luka masa laluku yang belum benar-benar kering itu kini
kembali mengelupas dalam,perih!! Itu yang kurasa.Jujur semua belum bisa kuterima.Tapi
inilah kenyataan yang harus kujalani.Tanpa terasa air mataku membanjiri pipi ku.
“Dhera...lagi
ngapain?”,tiba-tiba mama memanggil ku,kuhapus air mata ku.
“i..iya,ada
apa ma ??”,jawabku dengan suara terbata-bata dan bergetar.
“kamu
nangis?kenapa?ada masalah ?”,tanya mama bertubi-tubi.
“ahh...gak
nangis ma Cuma kelilipan aja,tak ada apa-apa kok”,jawabku berbohong dan mencoba
tersenyum getir.
“baiklah
kalau kamu belum mau cerita,mama akan menunggu kamu,jangan terlalu larut dalam
masalahmu,tenangkan hatimu dulu”,kata mama sambil menutup pintu kamarku.
Pintu
kamar tertututp,air mata yang sudah tak mampu kubendung lagi kini telah kembali
membanjiri pipi ku.
“maafkan
aku mama,aku telah membohongi Mama,a...aku belum rela bila harus kehilangan
orang yang selalu menemani aku saat aku tak berdaya,orang yang selalu menjadi
sandaran ku,orang yang meminjamkan bahunya ketika aku menangis”batin ku sambil
terisak dan menyeka air mataku yang terus berjatuhan.
Ku basuh
muka ku,aku tak mau membuat mama terlalu lama menunggu,jarang sekali ada
kesempatan bisa berdua dengan Mama,kutemui Mama di meja makan dengan senyuman
seolah tidak terjadi apa-apa.Aku merasa bodoh,Mama adalah orang yang mengandung
aku dan melahirkan aku dengan mempertaruhkan nyawanya,serta di dukung dengan
profesi Mama ku sebagai seorang psikolog,tentu Mama tau aku hanya bersandiwara
dan pura-pura tidak ada apa-apa padahal jauh di dalam sana hati ku merana dan
terluka.Ku lahap makan siang ku tanpa nafsu,cepat-cepat kuhabiskan dan segera
kutinggalkan meja makan secepat mungkin,tapi kuhentikan langkahku ketika mama memanggil
ku.
“Dheraa”.
“i..iya,ada
apa ma”,jawabku terbata-bata.
“Selesaikan
semua masalah mu baik-baik,mama orang yang paling tak suka melihat kamu seperti
itu”,kata mama sangat bijak,mamaku memang orang yang hebat.
Seketika
itu tangisanku pecah,kupeluk mama dan kucium tangannya.Mama mengusap air mata
ku dan mencium kening ku.Hangat,itulah yang kurasakan.Kehangatan yang telah
sekian lama tak pernah aku rasakan karena mama terlalu sibuk,apalagi Ayah,mana
pernah peduli pada ku? Yaa,aku tau sebenarnya Ayah sangat menyayangi ku tapi
Ayah lebih memilih ruangan kantornya yang ber-AC daripada menghabiskan waktu di
rumah bersama aku dan Mama yang akhirnya mengingatkan Ayah pada peristiwa dua
setengah tahun silam.
Siang
ini juga kuceritakan semua perasaan ku pada mama,mulai dari hubungan ku dengan
Johan,orang yang telah mengisi hariku dua tahun ini harus berakhir sia-sia,aku
begitu menyayangi dia dan aku yakin dia menyayangi aku,tapi ketidakcocokan dan
keegoisanlah yang memisahkan kami,sejujurnya aku tak pernah rela jika harus
kehilangan dia,tapi inilah jalan hidupku,kuyakin aku bisa tanpa dia dan aku
percaya jodoh gak kemana.Ku pasrahkan semua pada Tuhan.Lalu bayang-bayang
Putra,kekasih yang tega meninggalkan aku pergi untuk selama-lamanya.Rasa trauma
ku untuk memberikan kasih sayaang pada seseorang dan Johanlah yang berhasil
meluluhkan hati ku yang sempat membeku.Semua ku ceritakan pada mama,dan satu
hal yang paling tidak bisa kuterima juga kuceritakan pada mama.Mama meneteskan
air mata mendengarkan cerita ku.Lalu mama bicara dengan penuh kasih sayang
sambil membelai ku “adek(panggilan sayang untukku dari Ayah, Mama dan
kakak)adek temuin aja kakak,adek cerita sama kakak,mama gak mau adek menyimpan
semua sendiri,kakak pasti akan dengerin semua keluh kesah adek walaupun kakak
gak bisa kasih solusi terbaik,sekarang adek mandi terus pergi nemuin kakak
yaa?”.
“iyaa
ma,tapi Mama temenin ya?”,ucap ku manja.
“adek,Mama
masih ada pekerjaan,Mama juga gak mau gangguin adek sama kakakJ dan untuk Putra ikhlaskanlah,Mama kenal dia,Putra
anak yang baik pasti sekarang dia lagi bahagia di surga,sikap mu yang seperti
itu pasti akan menggangu ketenangannya.Dan ada hal lagi yang harus kamu ketahui
kamu masih remaja,siklus hidup remaja sangat mudah ditebak,mulai dari
kenalan-pedekate-pacaran-seneng-seneng-masalah-putus-sakit hati-nangis.Itu
wajar,Johan pasti sayang banget sama kamu,tapi mungkin gengsinya Johan lebih
gedhe dan dia pasti merasa bosan karena terlalu banyak masalah,sama seperti
kamu juga kan?”,kata Mama lalu tersenyum dan berdiri melangkah meninggalkan ku.
Aku
melamun meresapi semua kata-kata Mama,aku tersadar dan kata-kata Mama memang
benar lalu aku lari ke kamar.Ku guyur tubuh ku dengan air di kamar mandi,ku
ambil gaun berwarna hitam dengan berenda,segera ku kenakan gaun itu dan ku rias
wajah ku secantik mungkin,senyum lebar mengembang di wajah ku,layaknya seorang
putri yang akan bertemu pangerannya.Tapi tiba-tiba rasa sakit melanda ku
lagi,sesak nafas dan kepalaku terasa sangat berat.Tak berselang lama air mata
kembali menetes lagi,aku tak mampu menahan rasa sakit ku.Ku percepat
langkahku,ku ambil kunci mobil dan kulajukan dengan kecepatan penuh.Di jalanan
air mata ku terus bercucuran,aku tak peduli tatapan orang yang mungkin
menganggap aku kurang waras,”ahhh...masa bodoh,toh aku tak kenal siapa
mereka,jadi apa peduliku?”,batinku.
Tak
lupa aku mampir ke toko bunga,ku beli sekeranjang bunga dan setangkai mawar
merah untuk kakak ku,bunga yang biasanya dia berikan untuk gadis yang sangat
disayanginya,termasuk aku adik tersayangnya.Kembali ku kendarai soluna silver
ku,ku belokkan menuju gang-gang sempit dan kuhentikan di sebuah tempat yang
sangat sepi,mencekam dan lebih layak untuk disebut menyeramkan,tapi di tempat
itulah ada rasa ketenangan dan kedamaian menyambutku.
Aku
masuk tanpa mengucapkan apapun,ada seorang bapak tua yang menebang sebatang
bambu di pinggir pagar pembatas menatap ku aneh,tak lama kemudian dia kembali
melanjutkan pekerjaanya itu.
Selalu
sepi,ujarku dalam hati.Sekarang akan kuluapkan semua isi hati ku pada kakak
tersayang ku.Aku mulai duduk bersila dan aku mulai bercerita tentang semua yang
ku alami,air mata ku kembali membanjiri pipi ku,semakin lama semakin deras.Aku
tak sanggup lagi menopang berat tubuh ku.Kupeluk batu nisan berukir nama
“Stevanus Dhanny Saputra” itu.Yah...tempat sepi ini adalah pemakaman kakak ku.Tak
jauh dari rumah terakhir kakak ku yang berwarna biru itu ada sebuah tempat
pemakaman berwarna hijau tua,itulah makam Putra.Sejak mereka hidup mereka
memang bersahabat,bahkan kematian mereka hanya berjarak sekitar setengah
tahun.Ku hampiri makam Putra dan kucium makam seseorang yang pernah ada di
hatiku dan orang yang telah tega menghancurkan hati ku.”aku sayaang kamu”,hanya
itu yang bisa aku ucapkan,air mata ku mewakili banyak kata yang ingin aku
ucapkan padanya.
Ku
taburkan bunga yang ku bawa di makam dua lelaki hebat yang sangat aku sayangi
ini,tiba-tiba terlintas pikiran kalau di antara makam mereka adalah rumah
terakhir ku,entah itu akan terjadi atau tidak tapi aku berharap iyaa!Kenapa ?
karena aku lelah untuk hidup dan menahan rasa sakit ini.
Lalu aku
memutuskan untuk pulang karena hari mulai gelap.
Kakak
meninggalakan aku,Mama dan Ayah karena penyakit yang menggerogoti
paru-parunya.Masih teringat jelas di benakku,ketika pemakaman ini ramai dengan
kerumunan orang,ketika Mama ku pingsan dan berteriak histeris tak karuan,ketika
aku dan Ayah hanya bisa menangis ketakutan dan tak pernah bisa menerima
kenyataan.Dan saat itu Kak Dhanny telah terbungkus kain kafan.Masih kuingat
juga ketika Tifany,kekasih kakak ku pingsan setelah menaburkan bunga kenangan
dan memberikan kecupan penuh kemesraan serta senyum kemenangan dari orang-orang
yang tak suka dengan keberadaan kakak ku yang penuh kesempurnaan,tak hanya
berwajah tampan namun juga berhati dermawan,bukan juga berandalan,tapi sayang
kakak ku agak otak udang,walaupun ranking di kelasnya tapi selalu peringkat 15
lebih tapi tetap saja ia punya kebanggan tersendiri di bidang basket dan dia
tetap menjadi idola para wanita di sekolahnya.
Ingatan
ku melayang pada sebuah tulisan di cover buku pelajaran fisika kak Dhany “Cinta Dhanny sampe mati untuk Fanny”. Dan
semua itu bukan omong kosong belaka,kak Dhany mencintai Fany sampai Ia
menghembuskan nafas terakhirnya dan Fany memang sangat special buat Kak
Dhanny.Jujur awalnya aku tak suka dengan Fanny,karena dia merebut perhatian Kak
Dhanny untukku,dia juga tak secantik gadis-gadis yang pernah Kak Dhanny
pacari.Tapi Fanny memang berbeda,gadis berjilbab itu selalu menyunggikan
senyumnya untuk siapa saja,selalu ramah dan sabar.Dia tak menuntut banyak dari
Kak Dhanny.Dan aku mulai menganggap dia special saat dia mau mendengarkan keluh
kesah ku,apalagi aku dan Fanny memang sebaya.Tapi Fanny memang terlihat lebih
dewasa,sedangkan aku terlihat manja karena Mama dan Ayah selalu memanjakan aku.Setelah
Kak Dhany meninggalpun Fanny masih tetap akrab dengan keluarga ku,apalagi
Mama,Mama sangat menyayangi Fanny layaknya Kak Dhanny.
Sebelum
Kak Dhanny meninggal hidup ku penuh kebahagiaan,aku selalu dimanjakan,penuh
kehangatan,walau ada perbedaan keyakinan di tengah keluarga kami.Kami selalu
ada dalam kebersamaan,walaupun semua memiliki kesibukan tapi kebersamaan selalu
diutamakan.Lain dulu,lain sekarang,semenjak Kak Dhanny meninggal Ayah dan Mama lebih
sibuk di tempat kerjanya sedangkan aku mulai berteman dengan kesepian,rumah
kami yang penuh kehangatan rasanya telah menghilang tanpa bekas,di rumah
sebesar ini aku selalu sendirian,hidup ku tidak terurus hingga suatu saat aku
merasakan sakit yang luar biasa pada diriku.Diagnosa dokter,aku mengidap
penyakit yang tidak diketahui namanya,dan yang lebih mengejutkan lagi penyakit
itu sama dengan penyakit yang di derita Kak Dhanny,aku terpukul,aku selalu
menangis setiap malam.Ayah dan Mama tak kan ku beritahu.Hanya Andre,sahabat ku
sejak aku terlahir di dunia ini yang ku beritahu tentang penyakit ini dan
Renald,kawan dekat Kak Dhanny.
Semakin
lama penyakit ini bertambah parah,aku sering muntah darah,sesak nafas dan
kepala ku sering terasa pusing.Apalagi saat pelajaran olahraga di
sekolah,paru-paru ku rasanya sudah tak bisa menampung oksigen yang notabene
adalah kebutuhan utama tubuhku,namun dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk
bisa,aku tak mau terlihat lemah apalagi dikasihani oleh teman-teman.Yah..aku
sok kuat!!
Hingga
pada suatu hari penyakit ku bertambah parah dan aku harus di rawat di rumah
sakit,itulah awal mula Ayah dan Mama mengetahui penyakitku ini,Mama terlihat
sangat frustasi dan Ayah merasa bersalah karena selama ini mengacuhkan aku.
Keadaan
ku tak pernah stabil,dan saat keadaan ku benar-benar memburuk aku harus di
pindahkan ke Ruang ICU,ruang ini ruang yang sama ketika Kak Dhanny
menghembuskan nafas terakhirnya,RSU Panti Rapih Carolus IV.Dan hal yang samapun
dilakukan Mama,sholat Tahajud setiap malam,sama saat Kak Dhany terbaring lemas
di ruangan yang sangat dingin ini.Pikiran ku sudah tak menentu,bernafaspun aku
butuh perjuangan ekstra,Andre dengan setia selalu menunggui aku.Tiba-tiba aku
teringat Johan,aku sangat merindukannya.Apa dia tau kalau aku sedang
sekarat.Ahh..tentu tidak,selama pacaranpun dia tak pernah tau,dia sibuk bersama
teman-temannya,sedangkan aku yang selalu jadi nomor dua,aku rela karena aku
sayaang dia.
Dua
minggu kemudian nyawa ku tak dapat tertolong lagi setelah masa kritis ku tak
dapat kulewati,aku pergi untuk selamanya,meninggalkan Ayah dan Mama untuk
bersama Kak Dhany dan Putra,sebenarnya aku tidak tega meninggalkan Mama,Mama
harus kehilangan dua orang anaknya karena penyakit yang sama dan aku tak sempat
melihat adik bayi ku yang sekarang masih ada di rahim Mama terlahir di dunia.
Samar-samar
ku lihat Johan berada di samping ku di saat-saat terakhir ku,ia menggenggam
erat tangan ku dan mengecup pelan keningku,kulihat Mama tak sehisteris waktu
Kak Dhany dalam masa kritisnya,Mama lebih bisa mengendalikan dirinya,Kak Dhany
mungkin memang lebih special untuk semuanya..berbeda dengan aku yang manja dan
tak bisa apa-apa.Tapi aku bersyukur bisa meninggalkan Mama dengan tenang.
Di
pemakaman ku,ku lihat semua orang berlinang air mata,ada guratan senyum bahagia
karena orang-orang menangisi kematian ku,bahkan Johan tak henti-hentinya
menitikkan air mata,di mana Johan ku yang kuat,kenapa Johan harus menangis
ketika harus kehilangan Dhera yang manja? Tak jauh berbeda dengan Johan,Andre
kelihatan sangat terpukul,aku yakin kalau sahabat ku yang satu itu sangat
menyayangi aku dan dia pasti kesepian tanpa aku,seandainya aku bicara langsung
dihadapannya pasti dia akan memukul kepala ku berkali-kali karena semasa hidup
ku dia selalu bilang aku nyebelin dan terlalu PD.Sedangkan Renald mengumpat
penuh kekesalan dan kekecewaan karena dia tak tau kalau aku ada di rumah sakit
dan berulang kali dia berkata dia tak percaya kalau yang ada di peti mati itu
aku.Dan semua sama dengan apa yang aku pikirkan,rumah terakhir ku berada di
antara dua lelaki yang sangat aku sayangi.Mungkin Mama beranggapan aku lebih
tenang berada di antara Kak Dhanny dan putra,dan itu benar.Aku dan Mama memang
sehati.
Pemakaman
telah sepi,hanya tinggal Johan yang berurai air mata di rumah terakhir ku di
bumi ini.Dipeluknya batu nisan ku dan ia menitikkan air mata kembali,air mata
yang sebelumnya tak pernah kulihat.Tanah kuburan ku yang masih basah semakin
basah dengan air matanya.
Johan
mencium batu nisan ku dan berkata “berbahagialah di surga bersama orang-orang
yang kamu sayang,aku akan selalu mengunjungi rumah terakhir mu,aku sayang
kamu,bodohnya kamu yang tega meninggalkan aku”.lalu Johan mengusap air matanya
dan tersenyum,senyum yang dulu selalu menghiasi hari-hari ku.Lalu dia beranjak
pergi dengan langkah gontai meninggalkan rumah terkhir ku di bumi ini.
Angin
sepoi-sepoi mulai bertiup,daun-daun jatuh berguguran dan rintik-rintik hujan
mulai berjatuhan,suasana mencekam di pemakaman sore ini.Di rumah terakhir ku.
----sekian----
Komentar
Posting Komentar